Hasil Audit Polisi atas Kasus Dugaan Penggelapan oleh Suami BCL: Ternyata Lebih Kecil dari Rp6,9 Miliar

Glow.matamata.com - Polisi telah melakukan audit atas kasus dugaan penggelapan dengan kerugian senilai Rp6,9 miliar yang menjerat Tiko Aryawardhana, suami Bunga Citra Lestari (BCL).

"Kami mendapatkan hasil audit eksternal dari keuangan," kata AKBP Bintoro, Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Metro Jakarta Selatan kepada para wartawan, Selasa (4/6/2024).

Berdasarkan hasil audit tersebut, Bintoro mengungkap jika nilai kerugian ditaksir tak mencapai Rp6,9 miliar seperti yang dilaporkan oleh korban (Arina Winarto, mantan istri Tiko Aryawardhana).

Perbesar

Bintoro tidak menyebutkan berapa sesungguhnya nilai kerugian atas dugaan penggelapan, dengan alasan hal tersebut merupakan ranah penyidikan.

"Untuk total kerugian yang dilaporkan sebesar Rp6,9 miliar, namun dari hasil audit besarannya tidak seperti itu," kata Bintoro.

"Nanti untuk materi kami belum bisa sampaikan, karena ini ranah penyidikan. (Kerugian) lebih kecil daripada yang dilaporkan," lanjutnya 

Bintoro juga menyampaikan polisi masih terus melakukan penyidikan atas kasus ini dan menegaskan jika Tiko masih berstatus sebagai saksi.

"(Statusnya) masih saksi," ujar Bintoro.

Sebelumya Tiko Aryawardhana dilaporkan oleh Arina Winarto ke Polres Metro Jakarta Selatan terkait dugaan penggelapan senilai Rp6,9 miliar.

Kuasa hukum Arina Winarto, Leo Siregar mengungkap jika dugaan penggelapan itu terjadi pada tahun 2015 hingga 2021 saat kliennya dan Tiko mendirikan perusahaan bernama PT Arjuna Advaya Sanjaya (AAS).

Baca Juga: Akhirnya Digugat Cerai Istri, Andrew Andika Akui Dirinya Salah: Memang Gue Bejat!

Dalam perusahaan yang bergerak dalam bidang makanan dan minuman itu, Arina Winarto menjabat sebagai komisaris, sementara Tiko sebagai direktur.

Leo juga mengklaim Arina Winarto lah yang mengeluarkan uang untuk seluruh modal pendirian perusahaan itu.

Selama perusahaan tersebut berdiri, kata Leo, Arina Winarto bersikap pasif dan berusaha untuk tidak mencampuri jalannya kegiatan usaha. 

Dengan kata lain, Tiko memiliki kewenangan penuh dalam mengurus kegiatan perusahaan termasuk dalam hal yang terkait dengan keuangan.

"Nah, kewenangan tanpa pengawasan ini yang kemudian kami duga menjadi celah bagi terlapor (Tiko) untuk melakukan perbuatan-perbuatan dengan iktikad yang tidak baik hingga akhirnya mengakibatkan kerugian bagi perusahaan," jelas Leo.

"Klien kami selama ini tahunya usaha lancar, tapi kok tiba-tiba di 2019 Tiko bilang usaha mau tutup karena tidak kuat bayar sewa. Loh, ini kan aneh." lanjutnya.

Perbesar

Kecurigaan Arina Winarto atas dugaan penggelapan makin menguat di tahun 2021 ketika menemukan adanya dua dokumen berupa P&L (profit and loss) yang mencurigakan.

"Dari situ kemudian klien kami melakukan audit investigasi melalui auditor independen dan didapatkan lah adanya temuan perihal penggunaan dana sebesar Rp6,9 miliar yang tidak jelas peruntukannya," ujar Leo.

"Dan karena tidak ada itikad baik dari yang bersangkutan untuk memberikan klarifikasi dan penjelasan, maka kemudian klien kami melaporkan peristiwa ini ke kepolisian." imbuhnya.

Leo lantas mengungkap pasal yang menjerat Tiko beserta ancamannya.

"Pasalnya 374 KUHP tentang penggelapan dalam jabatan dengan ancaman hukuman maksimal 5 (lima) tahun hukuman pidana penjara," pungkas Leo. ***